Selasa, 15 Juli 2008

Keberhasilan Bukanlah Suatu Kebetulan

Keberhasilan Bukanlah Suatu Kebetulan

“Keberhasilan adalah output dari suatu Proses, Sehingga dapat Keberhasilan dapat diukur dan ditingkatkan”

Berhasil !!! siapa sih yang tidak ingin berhasil ? berhasil adalah suatu ucapan yang mempunya daya tarik yang sangat kuat, dimana kata ini mewakili suatu keadaan yang diinginkan setiap orang, berhasil mewakili beberapa sisi kehidupan :
berhasil pada sisi keuangan, karir, kehidupan rumah tangga, pendidikan, dll.

Keberhasilan adalah suatu kata dengan berbagai variasi makna, dan menjadi kata yang paling banyak dipanjatkan kepada yang Maha Pencipta dalam bentuk doa. Kata ini juga mampu menyedot perhatian orang dewasa dengan berbagai latar belakang baik, pendidikan, agama, etnis, dll.

Tapi kenapa pada kahidupan nyata ada orang – orang yang kelihatannya “bernasib baik” atau bisa dibilang memiliki segalamya yang ia inginkan, sementara yang lainnya harus berjuang menantang keputusasaan untuk bisa merubah nasibnya, dan ada juga yang memilih jalur hidup yang dianggap aman yaitu menjadi penonton atau sporter, melihat orang – orang yang secara konsisten berusaha meraih prestasi yang lebih tinggi dalam hidupnya.

Sebagai mantan cenayang saya selalu mengamati orang – orang dari berbagai macam latar belakang sosial ekonomi dan usia yang mengeluh tentang susahnya hidup mereka, merasa kurang bahagia, putus asa, dan tidak berdaya menjalani hidup. Mereka berusaha terus – menerus untuk mencapai segala keinginan mereka, salah satunya dengan mendatangi saya, kenapa harus saya…? Apa mereka orang malas sehingga harus mendatangi saya hanya untuk sebuah kepastian hidup…? Jawabnya tentu saja bukan mereka bukan orang yang malas hanya saja tidak menyadari potensi yang diberikan Tuhan kepada mereka, kadang saya ingin sekali memarahi dan memaki mereka, tapi itu tidak akan menyelesaikan masalah bahkan pasti menambah masalah, dan kemudian saya mulai membesarkan hati mereka sesuai ajaran agama yang saya anut, lalu siapa saya…? Saya bukan ustad juga bukan motivator dan cuma dianggap cenayang, sekali lagi saya perjelas cuma dianggap terus gimana dhonk…???

Tanpa disadari saya harus memerankan ketiga tokoh tadi yaitu : Ustad, Motivator, Cenayang. Maka saya harus mengikuti seminar – seminar motivasi bersama bapak saya, atau mendatangi pertemuan – pertemuan MLM untuk mendapatkan motivasi dan ide secara Gratis!!!! ( he he he gak mau rugi), tapi khan memang gratis…

Berbagai metode berfikir positif saya terapkan tidak hanya ke orang – orang yang minta tolong kepada saya, tetapi ke diri saya sendiri, ada kepuasan batin pada saat orang yang minta tolong ke saya datang kembali dan menyatakan perubahan pada hidupnya, tetapi tidak semuanya berhasil lalu apanya yang salah…?

Akhirnya saya tenggelam dalam perenungan, dan menganalisa kejadian demi kejadian, saya percaya kalau Allah selalu meninggalkan jejak – jejak kekuasaannya pada setiap kejadian yang kita alami baik itu pahit ataupun manis, hingga suatu saat saya tersadarkan oleh sebuah pernyataan sederhana dari seorang maha guru sekitar 2000 tahun yang lalu “ Pikiran adalah pelopor, pikiran adalah pembentuk, pikiran adalah pemimpin”.

Sebagai orang Muslim yang besar dalam lingkungan muslim tentu saja saya ditentang oleh beberapa keluarga saya, tapi anehnya justru tidak ditentang oleh guru ngaji saya, beliau mengatakan coba kamu cari dalam kitab suci pasti kamu menemukan pencerahan yang sama. Saya mencoba mengkaji ulang apa yang saya pelajari dari beliau yang saya temukan hanya satu hal bahwa manusia diciptakan Allah sebagai Khalifah di bumi tetapi ini hanya memenuhi kalimat terakhir “ Pikiran adalah Pemimpin “, Lalu bagaimana dengan pelopor dan pembentuk koq tidak ada…? Apa kitab suci agama saya kurang lengkap…? Beberapa malam saya sulit tidur memikirkanya, tapi saya yakin kalau hal tersebut pasti ada dalam kitab suci saya yang saya yakini sebagai sumber petunjuk terlengkap, akhirnya saya menemukan titik terang dari seorang teman yang mengatakan kadang dalam bahasa arab satu kata memiliki beberapa arti, saya mencoba mencari arti kata Khalifah dalam bahasa arab dari sebuah kamus bahasa arab dan saya menemukan sebuah arti yang sesuai dengan yang saya harapkan, Khalifah dalam bahasa arab selain berarti pemimpin khlifah juga berarti pencipta ke dua setelah Allah, Woow ini memenuhi pelopor dan pembentuk, contoh Allah tidak pernah menciptakan kursi, manusia mempelopori dan membentuk sebuah kursi tetapi kayu sebagai bahan pembuatan kursi tetap harus diciptakan oleh Allah.

Jadi untuk memecahkan masalah saya tidak perlu mencari kemana – mana cukup dengan mencari di pikiran saya saja pasti ada jalan pemecahannya.

Anda mungkin ingin mengatakan pada saya,” baik saya ngerti kalau kuncinya pada kualitas berfikir, tapi saya sudah befikir positif koq masih gagal juga ya ? “.

Dulunya saya juga bingung sampai saya mendapat pencerahan “ Hati adalah raja dan anggota tubuh lainnya adalah balatentara hati “, maka jika hatinya baik maka baiklah seluruh tubuhnya.

Jadi kuncinya adalah Hati yang berfikir, selama ini kita terjebak dalam pikiran otak sadar atau kita sebut logika, contoh pada saat ada yang mengatakan kepada anda kalau “ Tuhan itu tidak ada “, pasti kita akan menjawab, kira – kira kalo bicara, pake otak dong, pikir pake logika dong jangan pake napsu, dll, kenapa demikian karena logika adalah balatentara hati maka logika akan melawan untuk melindungi hati dari kesesatan, tapi ceritanya beda kalo kalimatnya diubah menjadi “ Tuhan itu tidak ada kalau kita tidak mempercayainya “ pasti kita menjawab : iya sih kalo gak percaya Tuhan gak maksa koq atau kasihan juga kalo gak pecaya Tuhan ya bisa juga berarti kalau kita percaya Tuhan akan ada dalam hidup kita khan, berbeda ya kalimat yang keluar dari logika.

Mengapa logika tidak melawan pada saat kalimat kedua di sampaikan…? Karena ada kondisi yang tidak bertentangan dengan hati kita yaitu “ Kalau kita tidak mempercayainya “, berarti kondisi ini menonaktifkan system pertahanan logika kita.

Lalu apa hubungannya dengan berfikir positif …? “ Berfikir positif itu justru membahayakan “ ( pasti saat ini logika anda sedang habis – habisan membantai pendapat saya bukan…? ) tentu saja akan banyak kalimat yang muncul seperti :

  • Mana mungkin berfikir positifkan justru akan meningkatkan kualitas berfikir kita.
  • Saya sudah membayar mahal untuk mengikuti seminar – seminar motivasi dan membeli buku motivasi yang mengajarkan berfikir positif koq saya harus percaya dengan tulisan yang harganya tidak ada 10 % dari biaya yang telah saya keluarkan.
  • Dll

He he he sabar dan bersyukurlah bahwa hati anda masih menjadi raja di diri anda makanya logika anda mengaktifkan system pertahanannya, coba kalau kalimatnya saya ganti menjadi “ Berfikir positif itu justru membahayakan kalau kita tidak tahu caranya “ ( pasti saat ini akan berbeda kalimat yang keluar dari logika anda ) Seperti:

  • Iya juga obat saja kalau salah menggunakannya justru membahayakan kita
  • Apa cara saya sudah benar ya…?
  • Berarti kalau caranya benar justru menguntungkan khan
  • Dll

Berarti satu kunci masalah telah terpecahkan bukan, yaitu “ Berfikir positif yang benar adalah memasukan motivasi positif yang tidak ditentang system pertahanan logika kita “ karena jika ditentang tentu saja akibatnya akan menjadi lebih negative, contoh :

· Seorang pelayan toko yang selalu berfikir positif dimarahi oleh pengunjung, si pelayan toko tetap tersenyum sambil melayani tamu dengan sopan sambil berkata dalam hati “ pembeli adalah raja kalau dia marah berarti pelayanan saya kurang memuaskan, saya akan berusaha agar pelayanan saya jadi lebih memuaskan ” walaupua sebenarnya bukan kesalahan si pelayan toko

· Keesokan harinya pengunjung yang sama datang kembali dan memarahi lagi si pelayan toko karena barang yang dibelinya kemarin dianggap tidak sesuai dengan keinginannya, si pelayan toko melayaninya dengan ramah sabil berkata dalam hati “ berarti lain kali saya harus lebih jeli melihat keinginan pembeli “ walaupun memang si pembeli yang ngotot untuk membeli produk tersebut kemarin

· Beberapa jam kemudian si pembeli menemui pemilik toko menceritakan kekecewaannya, sehingga si pemilik toko pun marah besar kepada si pelayan toko karena si pembeli ternyata teman si pemilik toko ketika di bangku SMA, si pelayan toko meminta maaf dan kepada si pembeli juga berterima kasih kepada pemilik toko karena si pelayan toko menganggap dengan menerima amarah si pemilik toko maka akan memacu dia untuk meningkatkan kualitas pelayanannya.

· Tak lama kemudian si pemilik toko karena malu dengan temannya mengganti barang yang telah dibeli dengan barang yang dia inginkan dengan gratis, sementara biayanya di potong dari gaji si pelayan toko, si pelayan toko masih berfikir positif “ kalau demi kemajuan toko gak apa – apalah gaji dipotong “.

· Setelah si pembeli pulang, si pelayan toko memberikan sanksi kepada si pelayan toko yaitu bonus penjualan bulan ini untuk si pelayan toko akan di potong 50 % sebagai hukuman

· Lalu apa yang terjadi…? Si pelayan toko membentak si pemilik toko dengan kata yang kasar sambil menyatakan mengundurkan diri, kemudian memecahkan beberapa etalase toko, dan menghajar dua orang petugas keamanan yang berusaha menangkapnya.

Kacau juga ya contoh yang saya berikan, tapi ini terjadi di depan mata saya, mengapa bisa demikian…? Karena pikiran positif yang dimasukan dari awal ditentang oleh logika si pelayan toko, pada saat terjadi masalah lagi pikiran positif yang sama dimasukan kembali, setelah sadar kalu pikiran positifnya tidak mengubah keadaan si pelayan toko menjadi sangat negative, menurut Einstein “ Melakukan sesuatu yang sama berulang – ulang tetapi mengharapkan hasil yang berbeda adalah suatu kegilaan

Tapi kan berpikir positif yang sekarang saya lakukan saya dapat setelah mengikuti seminar yang mahal dan pembicaranya bukan orang sembarangan sayang dong kalau dibuang begitu saja.

Jawabnya ya terserah toh saya tidak mau menjadi gila seperti kata Alebrt Einstein diatas. Nah sudah siap untuk melatih hati anda berpikir….? Kalau gitu silahkan tunggu post selanjutnya.

Tidak ada komentar: